Prabhumedia || KAB. SUMEDANG - dalam rangka Mitigasi Bencana persepsi leluhur dengan metode kearifan budaya ( patanjala) di bale Gede gmk Gria prima Alam Asri Blok F5 no. 2A sindangpakuan Kecamatan Cimanggung KAB. sumedang, Rabu 19 Maret 2025.
Acara ini di hadiri oleh Dr. Zaini Dahlan dosen Landscape Agritecture ITB, apansah, SH, MH. Ketua Panglulugu pancen laku kabuanaan, ASN kementrian ATR/BPN kantor pertahanan KAB. bogor, Ilham dari Aktivifis dan Anggota NGO sayogo Institute/SAINS, Bayu Permana, S.kon.I Ketua Bapemperda DPRD KAB. sukabumi, H. Anton BENDUM DPP LSM prabhu indonesia jaya, Erwan Ketua DPC Cimanggung LSM prabhu indonesia Jaya, Babinsa, Komunitas Peduli Lingkungan Gunung Masigit Kareumbi, Tokoh Masyarakat dan Tamu undangan lainnya sambil berbuka puasa bersama.
Pepep Didin Wahyudin, M. Sn. Sebagai moderator di Acara mengungkapkan, kegiatan ini sebagai bentuk kepedulian kami bahwasanya pentingnya kita menjaga kelestarian alam Gunung Kareumbi. Kita harus jadi contoh bagi generasi kita selanjutnya agar terus menjaga dan menyayangi alam Gunung Kareumbi dan Sekitarnya ungkap Pepen Didin Wahyudin kepada awak media prabhumedia.id.
Menurut Anwar Maulana ( BIPP ) dan Rian ( KPLG masigit Kareumbi ) Menuturkan Tentang Sejarah Laku Pantanjala atau praktek kebudayaan patanjala menurut sumber lisan tidak dapat ditentukan kapan pastinya praktej kebudayaan ini mulai lahir atau ada. Karna secara kosmologis atau folklore ( cerita Rakyat ) terkait dengan laku patanjala ini dikaitkan dengan beberapa cerita yang berkembang di Masyarakat, salah satunya terdapat pada cerita Lutung Kasarung atau Guruminda Putra Batara Guru dan Sunan Ambu yang bergelar Sang Patanjala Sakti yang sudah hidup lama dan secara turun-temurun cerita tersebut terus diwariskan, ungkapnya.
Ada yang menarik dengan pada Cerita Lutung Kasarung jika akan dikaitkan dengan laku Patanjala. Pada penggalan kisahnya diceritakan bahwa saat Guruminda menapakan kaki untuk pertama kalinya di buana panca tengah ( Bumi ) beliau berkata " Di Gunu Cupu Mandala hayu/Mandala Kasawiatan/Di hulu dayeuh/Dina cai teu inumeun/dina areuy teu tilaseun/dina jalan teu sorangeun/sakitu kasaramunan"
Pada translit dan terjemahan cerita di atas jelas menyebutkan hulu kota, air dan aturan lainnya terkait fungsi ruang atau Wilayah. Penjelasan ini sangat relevan dengan esensi patanjala yang di jelaskan pada naskah kuno Amanat Galunggung. Kesimpulan sementara bahwa Guruminda memiliki gelar Sang Patanjala Sakti di karnakan memiliki keilmuan alam atau lingkungan sebagai mana di ceritakan pada penggalan cerita di atas.
Jurnalis : Erwanto Syarief
Editor : Dian dabo